Senin, 28 Oktober 2013

5. Gambus

Gambus
1.  Sejarah Gambus

Sejarah musik gambus diawali dari gambus sendiri mempunyai beberapa macam arti di setiap daerahnya. Di kalangan masyarakat Jakarta dan Sumatera Selatan gambus dikenal dengan musik yang dihasilkan oleh orkes gambus. Kemudian di Jakarta, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Riau, Maluku, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan gambus juga dikenal sebagai alat musik petik yang berdawai. Lalu gambus juga dikenal sebagai sejenis tari-tarian rakyat dari daerah Bangka dan Sumatera Selatan yang dibawakan secara berkelompok dan berpasangan dengan instrumen pengiring terdiri dari sebuah gambus, dua buah gendang dan dua buah marakas.
Dalam sejarah musik gambus, menurut para ahli seperti Kurt Sachs, Hornbostel, Jaap Kuunst dan yang lainnya. Mereka mengadakan perbandingan dalam penelitian etnomusikologis yang meliputi wilayah Timur Tengah, India, Asia Tenggara termasuk Indonesia. Mereka berpendapat bahwa alat musik maupun musik gambus berasal dari wilayah Arabia. Dan tentang sejarah musik gambus ataupun alat musik gambus itu sendiri, masuk ke wilayah Indonesia bersamaan dengan masuknya pengaruh Islam ke daerah-daerah yang bersangkutan, dan ini yang membuat warna musik gambus bernafaskan agama Islam dengan syair berbahasa Arab. Kemudian dalam perkembangan sejarah musik gambus, musik gambus kemudian diperkaya dengan syair berbahasa Melayu dan India. Selain itu, musik gambus juga sering digabungkan dengan unsur-unsur lagu daerah dengan berbagai ragam variasi dalam jumlah alat musik yang cukup lengkap. Dan sampai saat ini, akhirnya kita bisa menemukan sebuah orkes kecil yang menggunakan alat musik gambus atau tiruan musik gambus dengan lagu dalam bahasa daerah di beberapa daerah.
Dalam sejarah musik gambus, ada alat musik gambus yang berasal dari arab yang dimainkan dengan cara dipetik seperti alat musik gitar. Dan di daerah yang satu dengan yang lainnya bentuk alat musik gambus hampir sama, yaitu terbuat dari kayu, dan yang menjadi perbedaan adalah ukuran dan jumlah serta bahan dawai.
Dalam sejarah musik gambus terdapat nama Syech Albar yang berasal dari Surabaya, dan juga ada nama SM Alaydrus, keduanya merupakan musisi gambus yang terkenal di tahun 1940-an. SM Alaydrus berhasil mengembangkan orkes Harmonium di tahun 1950 menjadi orkes musik Melayu. Begitupun dengan Syech Albar yang mempertahankan tradisi musik gambus. Sejarah musik gambus berlanjut, di tahun 1940-an, musik gambus ataupun lagu-lagunya masih berortientasi ke Yaman Sealatan. Kemudian setelah bioskop Al Hambara di Sawah Besar banyak memutarkan film-film Mesir, musik gambus lebih berorientasi ke Mesir. Dari sana dalam sejarah musik gambus, musik gambus pun mulai mengisi siaran RRI, seperti orkes musik gambus Al-Wardah pimpinan Muchtar Lutfie dan juga orkes musik gambus Al-Wathan pimpinan Hasan Alaydrus
2.  Pengertian Gambus
Gambus adalah kecapi, yang paling umum ditemukan dalam berbagai gaya dalam musik rakyat Melayu Serta musik sinkretik seperti ghazal. Gambus juga digunakan untuk mengirinngi lagu dan tari (Zapin). Berasal dari Timur Tengah, Versi melayu menggunakan string 9-12 kawat yan gdipetik. Secara umum ada dua jenis gambus yang digunakan, Gambus Hadramaut dan Gambus Hijaz.
3.  Cara Pembuatan Gambus
Cara pembuatan gambus tidak jauh berbeda dengan pembuatan kompang. Perbedaan itu terletak dari segi bentuknya saja. Gambus mempunyai ujung tempat menyetel senar, sementara kompang hanya dibuat bulat, lalu ditutupi dengan kulit sebagai membrannya. Gambus dibuat dari batang pohon dari jenis yang ringan seperti angsana (pterocarpus indicus) atau nibung (oncosperma tigillaria) yang dipilih. Pohon yang sudah ditebang, kemudian dipotong menurut ukuran yang telah tentukan. Selanjutnya pohon itu dilubangi di bagian tengahnya sehingga terbentuk seperti lubang yang dalam. Bagian ini dikenal sebagai bakal.

Bakal diperhalus dengan menggunakan kertas pasir (amplas), sehingga terlihat bersih dan halus. Setelah itu, bakal tersebut diolesi dengan minyak kelapa agar mengkilat. Setelah diolesi, bakal kemudian dijemur. Proses ini dilakukan berulang-ulang sehingga benar-benar kering dan mengkilat seperti yang diinginkan oleh pembuat gambus. Bagian yang berlubang ditutupi dengan kulit binatang. Kulit yang digunakan adalah kulit biawak (varannus rudicollis), ular atau kulit ikan pari. Sebelum kulit binatang dilekatkan, kulit tersebut terlebih dahulu direndam untuk beberapa hari. Tujuannya untuk melunakkan dan memudahkan ketika dipaku. Kulit yang sudah direndam dipaku pada bakal menggunakan paku laduh (My).
Langkah seterusnya ialah memasang penyiput (My). Penyiput adalah tanduk yang ditancapkan di bagian pangkal-atas gambus. Pada sebuah gambus, terdapat empat buah penyiput yang berfungsi untuk menyamakan dan menegangkan senar gambus. Kemudian, senar dipasang dengan cara mengikat hujungnya pada bagian pangkal-atas dan menariknya ke bagian ujung-bawah gambus. Senar tersebut kemudian dipaku. Proses ini terus diulangi hingga semua senar terpasang. Untuk memudahkan pemain memetik senar gambus, sebuah tanduk kerbau digunakan sebagai penyendal atau lebih dikenal sebagai kuda-kuda gambus.
Setelah selesai meletakkan penyendal, pemain gambus dapat memainkannya. Memainkan gambus juga memerlukan cara dan tekniknya. Pemain dapat menggunakan jari atau menggunakan pementing. Biasanya pemain lebih suka memetik gambus dengan menggunakan pementing karena mereka dapat memainkan alat musik tersebut dalam waktu yang agak lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar