Gambus
1. Sejarah Gambus
Sejarah
musik gambus diawali dari gambus sendiri mempunyai beberapa macam arti di
setiap daerahnya. Di kalangan masyarakat Jakarta dan Sumatera Selatan gambus
dikenal dengan musik yang dihasilkan oleh orkes gambus. Kemudian di
Jakarta, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Riau, Maluku, Sulawesi Utara dan
Sulawesi Selatan gambus juga dikenal sebagai alat musik petik yang berdawai.
Lalu gambus juga dikenal sebagai sejenis tari-tarian rakyat dari daerah Bangka
dan Sumatera Selatan yang dibawakan secara berkelompok dan berpasangan dengan
instrumen pengiring terdiri dari sebuah gambus, dua buah gendang dan dua buah
marakas.
Dalam
sejarah musik gambus, menurut para ahli seperti Kurt
Sachs, Hornbostel, Jaap Kuunst dan
yang lainnya. Mereka mengadakan perbandingan dalam penelitian etnomusikologis yang meliputi wilayah Timur Tengah,
India, Asia Tenggara termasuk Indonesia. Mereka berpendapat bahwa alat musik
maupun musik gambus berasal dari wilayah Arabia. Dan tentang sejarah musik
gambus ataupun alat musik gambus itu sendiri, masuk ke wilayah Indonesia
bersamaan dengan masuknya pengaruh Islam ke daerah-daerah yang bersangkutan,
dan ini yang membuat warna musik gambus bernafaskan agama Islam dengan syair
berbahasa Arab. Kemudian dalam perkembangan sejarah musik gambus, musik gambus
kemudian diperkaya dengan syair berbahasa Melayu dan India. Selain itu, musik
gambus juga sering digabungkan dengan unsur-unsur lagu daerah dengan berbagai
ragam variasi dalam jumlah alat musik yang cukup lengkap. Dan sampai saat ini,
akhirnya kita bisa menemukan sebuah orkes kecil yang menggunakan alat musik
gambus atau tiruan musik gambus dengan lagu dalam bahasa daerah di beberapa
daerah.
Dalam
sejarah musik gambus, ada alat musik gambus yang berasal dari arab yang
dimainkan dengan cara dipetik seperti alat musik gitar. Dan di daerah yang satu
dengan yang lainnya bentuk alat musik gambus hampir sama, yaitu terbuat dari
kayu, dan yang menjadi perbedaan adalah ukuran dan jumlah serta bahan dawai.
Dalam
sejarah musik gambus terdapat nama Syech Albar yang berasal dari Surabaya, dan juga
ada nama SM Alaydrus, keduanya merupakan
musisi gambus yang terkenal di tahun 1940-an. SM Alaydrus berhasil
mengembangkan orkes Harmonium di tahun 1950 menjadi orkes musik Melayu.
Begitupun dengan Syech Albar yang mempertahankan tradisi musik gambus. Sejarah
musik gambus berlanjut, di tahun 1940-an, musik gambus ataupun lagu-lagunya
masih berortientasi ke Yaman Sealatan. Kemudian setelah bioskop Al Hambara di
Sawah Besar banyak memutarkan film-film Mesir, musik gambus lebih berorientasi
ke Mesir. Dari sana dalam sejarah musik gambus, musik gambus pun mulai mengisi
siaran RRI, seperti orkes musik gambus Al-Wardah pimpinan Muchtar Lutfie dan juga orkes
musik gambus Al-Wathan pimpinan Hasan Alaydrus
2. Pengertian
Gambus
Gambus adalah kecapi, yang paling umum ditemukan dalam berbagai gaya
dalam musik rakyat Melayu Serta musik sinkretik seperti ghazal. Gambus juga
digunakan untuk mengirinngi lagu dan tari (Zapin). Berasal dari Timur Tengah,
Versi melayu menggunakan string 9-12 kawat yan gdipetik. Secara umum ada dua
jenis gambus yang digunakan, Gambus Hadramaut dan Gambus Hijaz.
3. Cara
Pembuatan Gambus
Cara pembuatan gambus tidak jauh
berbeda dengan pembuatan kompang. Perbedaan itu terletak dari segi bentuknya
saja. Gambus mempunyai ujung tempat menyetel senar, sementara kompang hanya
dibuat bulat, lalu ditutupi dengan kulit sebagai membrannya. Gambus dibuat dari
batang pohon dari jenis yang ringan seperti angsana (pterocarpus indicus) atau
nibung (oncosperma tigillaria) yang dipilih. Pohon yang sudah ditebang,
kemudian dipotong menurut ukuran yang telah tentukan. Selanjutnya pohon itu
dilubangi di bagian tengahnya sehingga terbentuk seperti lubang yang dalam.
Bagian ini dikenal sebagai bakal.
Bakal diperhalus dengan menggunakan
kertas pasir (amplas), sehingga terlihat bersih dan halus. Setelah itu, bakal
tersebut diolesi dengan minyak kelapa agar mengkilat. Setelah diolesi, bakal
kemudian dijemur. Proses ini dilakukan berulang-ulang sehingga benar-benar
kering dan mengkilat seperti yang diinginkan oleh pembuat gambus. Bagian yang
berlubang ditutupi dengan kulit binatang. Kulit yang digunakan adalah kulit
biawak (varannus rudicollis), ular atau kulit ikan pari. Sebelum kulit binatang
dilekatkan, kulit tersebut terlebih dahulu direndam untuk beberapa hari.
Tujuannya untuk melunakkan dan memudahkan ketika dipaku. Kulit yang sudah
direndam dipaku pada bakal menggunakan paku laduh (My).
Langkah seterusnya ialah memasang
penyiput (My). Penyiput adalah tanduk yang ditancapkan di bagian pangkal-atas
gambus. Pada sebuah gambus, terdapat empat buah penyiput yang berfungsi untuk
menyamakan dan menegangkan senar gambus. Kemudian, senar dipasang dengan cara
mengikat hujungnya pada bagian pangkal-atas dan menariknya ke bagian ujung-bawah
gambus. Senar tersebut kemudian dipaku. Proses ini terus diulangi hingga semua
senar terpasang. Untuk memudahkan pemain memetik senar gambus, sebuah tanduk
kerbau digunakan sebagai penyendal atau lebih dikenal sebagai kuda-kuda gambus.
Setelah selesai meletakkan penyendal,
pemain gambus dapat memainkannya. Memainkan gambus juga memerlukan cara dan
tekniknya. Pemain dapat menggunakan jari atau menggunakan pementing. Biasanya
pemain lebih suka memetik gambus dengan menggunakan pementing karena mereka dapat
memainkan alat musik tersebut dalam waktu yang agak lama.